Kita Semua Peminta-minta
Dengan ini saya nyatakan saja kita semua peminta-minta.
Semua, ya semua, tidak ada yang terkecuali, anda, saya,
Mereka, pokoknya siapa saja … labelnya peminta-minta.
Jika ada yang bersikeras menolak serta tidak mau terima,
Maka hanya ada dua kemungkinan saja bagi ini manusia.
Kalau bukannya berdusta, maka dia bodohnya luar biasa.
Untuk yang berdusta perbincangannya bisa amat segera.
Sedangkan bagi yang bodohnya luar biasa, kiat berbeda.
Tetapi sebelum itu mungkin perlu diingatkan pada semua
Bahwa jubah peminta-minta beragam dan berbeda-będą.
Yang jubahnya jelas peminta-minta ya tidak perlu ditanya,
Karena miskin dan tak berdaya, meminta-minta solusinya.
Hanya saja janganlah salah terka, yang jubahnya kentara
Ternyata banyak juga tingkatan, strata, tipe dan kelasnya.
Ada koordinator, ada pengawas, ada mandor, ada kepala.
Yang lain harus bekerja keras mengiba di jalan-jalan raya,
Yang lain bisa ongkang-ongkang menarik kumpulan dana.
Itulah fakta dan realita dunia peminta-peminta yang nyata.
Menarik dibincang menarik dibicara, tapi yang berikutnya
Jelas lebih semarak serta membahana getaran cetarnya,
Karena pasti tak banyak menduga mereka juga peminta.
Ada yang berjubah ibu rumah tangga tapi peminta-minta;
Ada yang berjubah pegawai swasta, tapi intinya ya sama,
Peminta-minta dari pagi sampai petang, dari petang tiba
Sampai fajar bercanda dengan surya, yah peminta-minta.
Juga ada yang berjubah pengusaha sukses si orang kaya,
Tapi setelah ditelisik dengan cermat, peminta-minta juga.
Malah parahnya, gaya peminta-mintanya plus memaksa,
Dan semua tahu, gaya memaksa orang kaya dampaknya
Bisa berpuluh kali lipat orang biasa, semua tidak berdaya.
Lalu peminta-peminta yang mengenakan jubah penguasa.
Gaya pengena jubah yang ini lebih dahsyat lagi akibatnya.
Bayangkan si peminta-minta memiliki otoritas serta kuasa.
Kalau peminta-minta biasa paling-paling ya meminta saja.
Kalau tidak diberi, bersungut-sungut tetapi tidak bisa apa.
Tetapi karena si peminta-minta miliki otoritas serta kuasa,
Pada awalnya akan pergi dengan bersungut-sungut juga,
Tetapi pasti akan segera kembali dengan jubah saktinya.
Jubah sakti bersulam gambar dewa membawa gandawa
Siap menghajar kepala siapa saja yang berani-beraninya
Entah dengan alasan apa menolak permintaan suci mulia.
Lalu hadir juga peminta-minta kenakan jubah para dewa.
Bayangkan saja, dewa … ya dewa yang penentu segala,
Eh ternyata peminta-minta juga, lalu bagaimana jadinya?
He … He … He … dunia tentu saja kelabakan dibuatnya.
Menolak tak bisa, memberi kok ya keterlaluan namanya.
Bayangkan, ini dewa kaya, penguasa, punya segalanya,
Masih juga meminta-minta dan sasarannya, ya manusia.
Yang konyol tentu saja manusianya, walau ada upahnya
Dan konon upahnya itu sesuatu yang indah, abadi, mulia,
Tetapi ya tetap saja, yang namanya diminta tak sukarela
Gerutu, sungut-sungut, dan omelan pasti akan selalu ada
Yang lebih celaka manakala manusia yang kartu labelnya
Peminta-peminta, memaksa dan jadikan Tuhan targetnya.
Ini benar-benar celaka, karena jelas merupakan pertanda
Betapa serakah serta tidak tahu terimakasihnya manusia.
Manusia diberi berkat serta karunia sesuai kehendakNya.
Bahkan pada diri manusia yang paling menderita dan hina
Berkat dan karunia itu tampak nyata dalam kelebihannya,
Sehingga mereka tidak perlu meminta apa-apa dari Bapa.
Semua sudah ada, semua sudah sesuai dengan titahnya.
Untuk apa, ini kata yang paling menderita dan hina dina,
Harus meminta-minta kepada Bapa agar hidup sejahtera,
Mulia, dan bahkan kaya raya, jika dalam derita dan hina
Aku merasa sudah amat sejahtera, mulia, dan kaya raya?
Dalam penderitaan dan kehinaan aku lebih khidmat jiwa
Memuji dan memuliakan Dia serta semua kehendakNya.
Penderitaan dan kehinaan itu berkat serta karunia mulia
Yang dianugerahkanNya, lalu kan benar besar salahnya
Jika diberi tugas mulia menjadi yang hina dan menderita
Eh malah terus saja merengek, merajuk, meminta-minta
Sesuatu yang justru sebaliknya … yah bagaimana bisa?
Semakin celaka jadinya jika yang menjadi peminta-minta
Mereka yang sebenarnya sudah sejahtera dan kaya raya.
Tengok saja doa yang dipanjatkan mereka berlama-lama.
Bukannya berdoa meminta petunjuk bagaimgana caranya
Menggunakan harta berlimpah miliknya supaya berguna,
Eh malah meminta tambahan harta, tambahan sejahtera
Walau mungkin saja sudah ucapkan syukur sebelumnya.
Lalu jika nanti semakin sukses membubung ke angkasa,
Dengan pongah berkata, lihat, ternyata sang mahakuasa
Mengabulkan semua doa, memberi semua yang diminta,
Dan bukankan ini jadi pertanda bahwa sang mahakuasa
Berkenan pada semua permintaan dan doa si kaya raya?
Tentu ada perkenan di dalamnya, jika tidak ya mana bisa.
Dan seperti yang dicatat dalam kitab suci anugerah mulia
Dari Allah memang untuk semua, hina mulia, miskin kaya,
Semua memperoleh karunia, ini sabda, inilah catatanNya.
Menjadi peminta-minta tentu saja tak apa-apa, mengapa?
Karena ternyata semua manusia, miskin kaya, hina mulia,
Semuanya suka dan senang meminta-minta, ini faktanya.
Yang mungkin harus diingatkan, peminta-minta rekayasa.
Belajar menerima apa yang sudah ada … pasti luar biasa.
Berusaha? Ya boleh saja, tapi jangan dasarnya tak terima
Pada apa yang diberikan Dia sebagai berkat serta karunia.
Dan ini tidak jauh beda dengan apa yang pernah disabda
Oleh sang nabi mulia utusan surga yang kemudian dicatat
Dalam kitab suci sebagai satu ayat terdahsyat wibawanya.
Jangan seperti mereka, kataNya, Bapamu sudah tahu apa
Yang kalian perlukan, bahkan sebelum kalian memintanya.
Jika demikian adanya, lalu untuk apa terus meminta-minta
Bahkan dengan gaya tengik menjengkelkan seluruh surga?
Dr. Tri Budhi Sastrio – tribudhis@yahoo.com – Sidoarjo, 31 Januari 2015