Aditya Mahendra Putra

Tuhan Masihkah Engkau Mampu Mencintaiku
Agustus 2014
Deru suara bising jalanan
Caci maki dan kerumunan olokan
Mengendap di kupingku yang sayu
Ragu, engah, serta jenuh mendengar
Setiap norma dan tata cara beragama
Yang cuma menghardiku dan memicingkan keberadaanku
Aku di sini berbicara melalui sajaku tuhan
Akan segala riuh lantak dan senda gurau di pagi ini
Apakah cinta adalah pemaksaan
Apakah cinta merupakan keterpaksaan
Atau apakah cinta ialah lentera peleburan dan penerimaan antar sisi
Di pagi yang sepi ini
Angin dari tiap penjuru datang mendekapku
Sama seperti di hari-hari sebelumnya
Hari di mana tiada harga bagi manusia sepertiku
Yang di tiap tempat dipicikan
Yang di tiap waktu dibuang dan dilecehkan
Yang di tiap kesempatan diejek harga dirinya
Tanpa sedikitpun mencoba memahami akan retak raga
Serta jiwa yang membuatku merasa terkucil di tempat ini
Tempatku bersandar dengan kekasihku
Tempatku bersandar pada bahumu, dan cintamu tuhanku
Apakah engkau mendengar jeritanku
Yang melolong bagai ribuan serigala kelaparan?
Aku sadar, aku hidup tidak dengan semestinya
Entah apa alasanku lebih nyaman dan tenang di persenggamaan dangkal
Bersama kekasih sejenis, sekelamin, dan sependeritaan
Yang mana lebih mampu memahami akan derita orang sepertiku
Mampu meredam segala amarah dan rasa kecewa
Serta mampu saling terbuka dan menerima segala derita duka
Namun apa dalam penyimpanganku ini engkau tak menggubris cintaku
Engkau yang luas dan besar hanya terjebak dalam hitam-putih
Engkau yang memahami segala hal gagal memahami caraku mencintaimu
Wahai Tuhanku yang esa, yang kucintai, yang kurindukan, yang kubutuhkan
Untuk melerai segala gemerotak dalam dadaku yang sengal
Oleh angin dari segala penjuru yang mengobrak-abrik jiwaku
Dalam sajak ini Tuhanku
Secara gamblang aku ingin berseru padamu
Bahwa dengan segala keterbatasan, kelemahan, keterasingan
Aku ingin memeluk dan mencium jiwamu
Bahwa dengan segala penyimpangan norma dan tata cara agama
Aku tetap ingin memeluk dan mencium jiwamu
Entah kau terima dan tidak, entah kau sorgakan aku atau tidak
Namun yang jelas ingin kumencintaimu dengan ikhlas, jujur dan terbuka
Karena cintaku padamu bukan satu hal yang pura-pura
Sekalipun kepura-puraan terkadang menjadi sebuah sikap
Bukan sekedar alih tanggung jawab atau apa
Namun aku ingin mencintaimu sengan segala kepongahan yang secara jujur
Aku ungkapkan di dalam sajak ini
Sajaku sajak luka
Sajaku sajak bencana
Sajaku sajak keterbukaan untuk cinta kita
Tuhan masihkah engkau mampu mencintaiku
(Silahkan menikmati dan mengapresiasi karya-karya saya di FP Pribadi saya : Mahendra Pw Art Gallery