Yanuar Masardi
Kritik Hukum di Indonesia Lewat Puisi POTONG JARI MANISKU SAJA karya Rg. Bagus Warsono
Hukum di Indonesia begitulah, ibarat sebuah gelanggang perang , siapa yang cerdik, siapa yang kuat, siapa yang berkuasa, dan siapa yang menjabat dialah yang berperan. Potret hukum di negeri ini perlu kritik agar menjadi semakin baik. Reformasi di bidang hukum seperti lambat bahkan tak ada perubahan. Ujung-ujungnya semua tergantung bagaimana niat aparat hukum di Indonesia mau memperbaikinya. Kritik yang dilakukan oleh penyair yang akhir-akhir ini populair kaena sentuhannya yang penuh makna dan mampu merebut hati pembaca di Tanah Air. Puisi yang dibukukan dalam Antologi Mas Karebet karya Rg Bagus Warsono ini sungguh sangat apik untuk dikaji kita semua.
POTONG JARI MANISKU SAJA
karya Rg. Bagus Warsono
Potong Jari Manisku Saja
Boleh di dua tanganku
dan sayur sup beraroma khas nusantara
kupersembahkan untuk tuan mulia
dengan pernyataan bermaterai sejuta
karna yang enamribu masih bisa ditipu
dan aku hadirkan seratus saksi biksu
karna saksi berni kalau seratusjuta
Tuan tak ada algojo muntilasi
tembak mati berarti menunggu
hukum mati berarti menunggu taubat
dikurung berari bersembunyi
banding berari menambah rezeki
boleh di dua tanganku
dengan mangkuk kuah kaldu
Potong jari manisku saja
tanpa publikasi
karena semua yakin untuk tulang sup negeri
dan ada cctv sebagai saksi tadi malam
yang tiada gambar karena petang
gelap warna meski baterai baru
yang terlihat hanya darah
menghitam menutupi semua layar
menimbulkan keyakinan hakim
tak pengaruh bila tiada jari manis
kalian bebas tanpa syarat..............................
Potong jari manisku saja katanya.
Indramayu, 23 Oktober 2013
Penyair kelahiran tegal ini mengibaratkan kasus hukum adalah sayur sop nusantara yang penuh kaldu sehingga penuh aroma. Baik yang memberikan gambaran makna luas hukum diIndonesia. Kepura-puraan kadang datang pada para penegak hukum , ia gambarkan dengan judulnya yang mewakili isi puisi ini.