RAMADHAN,Yudhi Ajha

RAMADHAN

Akhirnya ia akan pergi jua
setelah menyapu segala resah
dan memulas dinding hati
hingga jiwa kembali
menemukan jalannya

Klender, 27 Juli 2016

Puisi No. 180516,Afrizal Anoda

Puisi No. 180516
Pada wanita ini kutitipkan masa depan mereka yang dulu belum bernama. Dari rahimnya mengalir dua harapan yang tak kan berhenti pada titik ini. Kali ini.
Dari dadanya yang ranum itu kubiarkan tetes air kehidupan membuahi mulut anak-anak yang akan meneruskan batu jalanku. Tak berhenti. Pada titik ini pun.
Dari bibirnya ia merayu agar kami tetap selalu bersama bayang-bayang ciptaan cinta. Selalu menyatu di batu jalan kami. Tak berhenti. Mengalir ke dalam sungai yang hanya ada dalam pandangan kami. Bening dan tak terkeruhkan.

KENAPA ATHEIS TOM ?, Ismail Sofyan Sani

KENAPA ATHEIS TOM ?
tom,
kau tak tanya siapa mendebur ombak
dan menjuju awan menjelang hujan
mencurahkan air ke persawahan
ladang subur bercocok tanam
di laut dan sungai menebar ikan
tak kikis saban hari dimakan

telah dirajut kegelapan larut
seperti malam pekat sebelumnya
karena pagi setia merambat
mengantar siang lalu sore dan senja
tak mungkir apalagi terlambat
bahkan tak pernah ingkar janji
dari timur ke barat lenyap matahari
tak pernah nyasar ke lain tujuan
berputar matahari, bumi dan bulan
pada porosnya mengawal kehidupan
berbagi sejuk dan kehangatan
tak pernah bertubrukan
keteraturan tata surya, langit,
bumi dan segenap isinya
dengan cerdik dan cerdas
dua gen bercampur meretas
lahir bermilyar makhluk hidup
mati setelah layu dan meredup
bahkan akal manusia perkasa
tak mampu meraba takdir
seperti bermula pun ada akhir
tumbuh pohon pohon
berbuah dan menabur biji
kembali tumbuh menjadi pohon
begitu seterusnya terjadi
alam pun berkembang beraturan
manusia, pohon dan hewan
bergantung saling membutuhkan
maka tercipta keseimbangan
sekedar proses alam ?
begitu banyak keteraturan
abai pada keseimbangan
ingkar pada keteraturan
longsor dan kebanjiran
gunung pun meletus
tsunami memberangus
bencana dan alam murka
kenapa atheis tom ?
mengatur hidupmu pun kau kewalahan
apalagi menghalau kematian
cepat atau lambat pasti datang
kau tak bisa menentang
tom
kau, aku, kami, mereka dan
segenap peredaran alam raya
hidup terikat dalam keteraturan
diatur oleh Sang Maha Pengatur
kami menyebutnya Tuhan.
Cimanggis 140720216
Ismail Sofyan Sani

CELOTEH SEORANG GURU, Muklis Puna

CELOTEH SEORANG GURU

Muklis Puna

selamat pagi anakku!
hari ini kalian datang saat embun terduduk mesra di pucuk pucuk daun akibat belaian rinai semalam
selamat datang kembali anakku!
sudah penuhkah ususmu pagi ini?
mari lepaskan rindu pada hangatnya kursi lapuk telah seminggu kau tinggalkan
mari manjakan matamu pada papan tulis berwarna kelabu tetutup debu yang membuncahkan secuil ilham
selamat pagi buah hatiku!
pagi ini...
berapa banyak celoteh tentang persiapan masa depan yang menganga di depan mata
pagi ini...
berapa kali sumpah serapah merekah dari bulan sabit yang bergantung di pipi idolamu
karena perlawanan konsep yang dihidangkan di meja belajarmu
pagi ini...
berapa makian yang kau dapat
ketika asyik melamun sambil menatap cecak mepermaikan bangkai nyamuk di dinding kelas,
saat guru biologi menyajikan materi simbioais dan mutualisme
pagi ini...
berapa kali seweran telinga dihadiahkan guru fisika
ketika dia menjelaskan materi tentang gaya,
kau keasyikan menggosok -gosokkan penggaris pada kertas buram
pagi ini...
berapa tatapan mata merah saga berbenturan dengan bola matamu yang kemayu
ketika menghayal tentang letak negara andulisia dan granada pada mata pelajaran geografi
sementara bola dunia tak dibundarkan di dadamu.
masih banyak tanda tanya kosong melongong belum terisi
tapi jawablah pertanyaanku yang terakhir pagi ini ...
berapa banyak PR yang harus kau bawa pulang
walaupun laksana jarum yang dihamburkan diantara tumpukan jerami tetap harus dikerjakan nak, karena sanksi sudah disiapkan dari semalam
anakku...
hari ini kau seperti kuda beban berkacamata hijau dipaksa merumput di lahan kering
pikul terus beban itu nak!
hingga pertumbuhan mu terkekang
ingat nak!
negeri sehebat ini guru harus digugu
kadang ubi mentah disajikan di meja belajarmu sebelum lambung mu diisi dengan beras hibah pemerintah
anakku...
bangunlah di ujung malam
berkacalah pada malam tak berbayang titipkan petuah panjang pada angin semoga hidayah pembelajaran menyapanya
Lhokseumawe, 20 Januari 2016
DAMAI PUASA
rusuhku tak luluh
letihku tak lirih
gelisahku tak resah
risauku tak galau
pusingku tak rungsing
piluku tak linu
lukaku tak duka
sulitku tak rumit
sesakku tak isak
sakitku tak jerit
dendamku tak geram
amukku tak remuk
marahku tak resah
laparku tak liar
hausku tak gerus
sebab
dalam damai puasaku
berpasrah aku padaMu
bersimpuh kumenyembah
wahai Pengatur seluruh alam
Cimanggis, 03072016
Ismail Sofyan Sani

DONGENG PENGUASA Muklis Puna

DONGENG PENGUASA
Muklis Puna
kawan malam ini sebelum lelap dan
mendengkur mari dengar dongeng penguasa negeri
awasi alam bawah sadar jangan sampai pulas membelai mesra hingga iler mencetak pulau pulau baru di bantal
di zaman bahela negeri antah berantah para penguasa berkampanye
mulut nya berbusa menyodor janji jika terpilih
lidahnya menjulur maju mundur disulut dendam
geraham kebas menebas lawan
trik mengentaskan kemiskinan disampaikan dengan lugas
mutu pendidikan diangkat dalam sekejap
harga barang diselorotkan tak masuk akal
pengangur diberi kerja tapi dikerjai
pengawai honor diangkat dalam sekejap tapi sk pengangkatan tak berstempel
subsidi dicabut diganti berbagai kartu
kawan…
jangan mendengkur kawan dongeng belum selesai…
lihat iler mengalir deras laksana irigasi
bahan bakar diturukan dari kapal, tapi harga tak turun
gabah petani lokal di utamakan tapi beras asing masuk lewat teluk-teluk illegal rumah –rumah duafa dibangun dimana-mana
tapi di ibukota di buldozer dengan besi besi merayap mengunyah rumah rumah si miskin
kawan…
jangan mendengkur kawan dongeng masih berlanjut
seminar -seminar pembagunan di dendangkan di meja meja kampus
pedagang kaki lima diburu beramai-ramai bagai babi dianggap perusak taman kota
uang receh diselipkan dilaci laci mobil mewah diberikan pada pengemis saat berada di bulan bulan harapan
kawan …
masih terajagakah kawan…
nelayan dimakmurkan ….
kapal asing ditenggelamkan tapi bukan induknya
rupanya kapal rongsokan milik asing yang terengah engah saat diburu
nelayan kecil dibiarkan mengembara jauh di tengah samudera
Mencari sisa ikan busuk dari kapal pesiar
kawan ….
bangun kawan… sebentar lagi ceritanya tamat….
garuda mulai meredup tergerus pulau pulau luar
kukunya tak lagi mampu mencengkram nusantara
suaranya tak lagi memekik hebat hingga ingusan pun berani menyindir
kepakan sayapnya tak lagi menggetarkan dunia
Dadanya tak lagi membusungkan falsafah negeri..
kawan….. topang bola matamu
sedikit lagi dongeng ini selesai
pemberantasan korupsi digalakkan
namun setiap desiran angin ada saja pejabat jadi tesangka
KPK dilemah kunyahkan secara jamaah
karena para pejabat berdesak-pesat pakai seragam oranye dalam kotak besi
kawan….
masih terdengarkah suara saya walaupun agak sayup
tidurlah kawan cerita sudah tamat
semoga jadi pengantar tidur
ingat besok dihulu subuh
jangan disebarkan cerita ini ya
ini hanya pengantar tidur
Lhokseumawe, 18 April 2016

DAMAI PUASA. Aksk Nelayan di Negeri Dermayu

DAMAI PUASA
rusuhku tak luluh
letihku tak lirih
gelisahku tak resah
risauku tak galau
pusingku tak rungsing
piluku tak linu
lukaku tak duka
sulitku tak rumit
sesakku tak isak
sakitku tak jerit
dendamku tak geram
amukku tak remuk
marahku tak resah
laparku tak liar
hausku tak gerus
sebab
dalam damai puasaku
berpasrah aku padaMu
bersimpuh kumenyembah
wahai Pengatur seluruh alam
Cimanggis, 03072016
Ismail Sofyan Sani