Mater de Perpetuo Succursu – Bunda Yang Selalu Menolong, Dr. Tri Budhi Sastrio

Mater de Perpetuo Succursu – Bunda Yang Selalu Menolong
Dilukis di Kreta, sebuah pulau di bawah naungan Republik Venesia,
Lalu dicuri, lalu dibawa kapal ke Roma, lalu badai dahsyat menerpa,
Lalu di tengah rasa takut dan panik tidak terhingga, si saudagar tua
Yang menyembunyikan lukisan istimewa di palka, putuskan berdoa.
Doa khidmat sang saudagar kaya tampaknya didengar Bunda Mulia,
Kapal selamat dari badai dahsyat prahara dan akhirnya merapat tiba.
Dari hantaman gelombang dahsyat samudera si saudagar kaya raya
Memang selamat tidak kurang apa, tetapi raga yang sudah tua renta
Akhirnya harus menyerah juga, dan di tengah sekarat jelang ajal tiba
Dia sempatkan meminta teman sebaya agar serahkan lukisan Bunda
Pada sebuah gereja, tapi teman yang dipercaya ternyata jatuh cinta
Pada lukisan Sang Bunda Mulia yang menggendong Si Putra Surga.
Akibatnya sampai empat kali konon kabarnya lukisan itu diambil dia.
Bahkan istri sang saudagar kaya yang telah meninggal dunia, ketika
Ikut mengambil alih lukisan Bunda Mulia, eh ... ikut-ikutan jatuh cinta.
Alih-alih serahkan ke gereja seperti wasiat mendiang suami tercinta,
Lukisan Bunda Maria Penolong Abadi dipasang di dinding rumahnya.
Semuanya baru berubah seperti pesan mendiang sang pencuri kaya
Ketika sang Bunda sendiri menampakkan diri pada gadis kecil belia.
Dalam pesannya Bunda Mulia meminta agar gadis sampaikan warta
Bahwa lukisan hendaknya disimpan di gereja, dan setujulah si janda.
Akhirnya karya pelukis dari pulau Kreta, ke Ordo St. Agustin berada.
Lalu dari tangan ordo, lukisan ke gereja San Matteo di Via Merulana,
Dan selama tiga ratus tahun nama sang Madonna meriah dipuja-puja.
Kemudian Revolusi Perancis melanda seluruh Eropa, termasuk Italia.
Roma jatuh, Paus Pius VI dipenjarakan, dan satu dari banyak gereja
Yang diluluhlantakkan oleh serdadu Perancis, gereja di Via Merulana.
Tetapi seperti dahulu sang lukisan selamat dari gelombang samudera,
Kali ini pun serbuan para serdadu hanyalah bisa meruntuhkan gereja
Tetapi tidak Mater de Perpetuo Succursu, tidak Bunda Penolong Setia.
Hampir satu abad berlalu, Bunda duduk tenang di gereja Santa Maria
Di Posterula, sementara Eropa sudah lama tenang seperti sediakala.
Lalu, abad ke sembilan belas baru saja melewati ambang puncaknya,
Ordo para romo yang selamatkan lukisan Kreta, membeli Villa Caserta
Area di Via Merulana, Roma, kemudian ubah villa menjadi markasnya,
Tanpa sama sekali menyadari bahwa lokasi villa sama persis areanya
Dengan gereja yang pertama menghormati lukisan mulia sang Bunda.
Beginilah yang terjadi jika kehendak dan rencana Tuhan yang bekerja.
Gereja memang boleh runtuh, villa mewah boleh dibangun di atasnya,
Tetapi jika Tuhan berkenan agar gereja kembali tegak di tempat sama,
Maka hal itu yang akan terjadi, dan Villa Caserta dengan tanah dirata,
Sebelum dibangun menjadi markas ordo penyelamat lukisan istimewa.
Satu dekade kemudian Paus Pius IX tertarik mengundang para bapa
Dari ordo penyelamat lukisan mulia, tujuannya mendirikan rumah doa
Untuk memuji dan memuliakan Bunda Maria dan usulan segera nyata.
Pada akhirnya, dan ini semua tentu saja kehendak Yang Mahakuasa,
Lukisan dari Kreta yang pada awalnya belum resmi mempunyai nama,
Bertahta di Via Merulana, di atas gereja baru tepat di atas gereja lama.
Mater de Perpetuo Succursu - Bunda Yang Selalu Menolong, namanya.
Dan setelah itu, entah siapa penggeraknya, kisah lukisan nan istimewa
Menyebar ke antero dunia dengan inti cerita yang hampir selalu sama.
Bunda Mulia selalu menolong, tidak peduli betapa hebat suatu perkara
Pertolongan dan solusi selalu diberikan, walaupun seringkali manusia
Tidak paham misteri di balik solusi, tidak paham apa tujuan niat Bunda.
Tapi solusi selalu ada, pertolongan selalu diberi, semua akhirnya reda.
Inilah Bunda kita semua, yang paham benar bagaimana teruskan doa
Kepada Sang Putra Surga, dan seperti yang dicatat dalam Kitab Mulia
Sang Putra mungkin saja agak terganggu tapi bagaimana sih Dia bisa
Menolak permintaan Bunda yang melahirkan dan membesarkanNya?
Sekarang satu lagi gereja di Indonesia membangun rumah doa Maria.
Maria yang Bunda Tuhan, Maria yang terus setia menolong siapa saja.
Setiap orang bebas datang kapan saja bahkan tak datang juga tak apa
Karena memang kita bisa berdoa, memohon, meminta dari mana saja,
Dari rumah juga bisa, tapi yang lebih inti tentu bukan datang tidaknya,
Melainkan inti doa, apa yang dimohon dan diminta lewat Bunda Mulia.
Ada pernah dikata yang namanya doa, ulangi lagi, yang namanya doa,
Sudah pasti dikabulkan oleh Sang Mahapemberi, dan ini pasti adanya.
Lalu bagaimana jika ada orang berkata bahwa tak dikabulkan doanya?
Maka hanya ada dua jawabnya, yang pertama tentu saja itu bukan doa,
Tapi merasa atau dianggap doa, padahal merasa dan benar-benar doa
Tentu saja amat jauh bedanya, laksana bumi dengan angkasa bedanya;
Atau jawab yang kedua, sudah dikabul tapi manusia tak paham adanya.
Belum lagi jika wawasan picik, hati sempit, otak pun tidak cerdas isinya.
Lalu yang terakhir ini dipadu dengan watak, tamak, serakah serta loba,
Maka makin parah akibat dampaknya ... he ... he ... he ... tak percaya?
Ayo simak dua contoh sederhana, seenaknya, tetapi benar dah isinya.
Satu orang biasa, tak terlalu berada, datang ke Bunda Penolong Setia.
Dengan khusuk meminta kepada Bunda agar disampaikan pada Bapa
Agar segera diijinkan menjadi lebih kaya, banyak harta benda, hingga
Dapat lebih leluasa membantu sesama yang konon banyak menderita.
Setahun berlalu, orang ini tetap biasa, harta tambah tetapi jumlahnya?
Terlalu kecil untuk jadi kaya, tapi dasar si peminta-minta lapang dada,
Wawasan terbuka, dan yakin bahwa doa sudah sampai ke Bapa serta
Tentu saja doa telah dikabulkan, maka ia tetap gembira bantu sesama
Dengan manfaatkan apa yang dipunya, nah yang begini, orang biasa
Tetapi cara berpikirnya amat sangat luar biasa, Bunda telah berkarya.
Terima kasih Bunda, bisiknya gembira setiap lewat dekat rumah doa.
Engkau memang Bunda yang selalu menolong, aku membuktikannya.
Satu orang biasa lainnya, juga khusuk dan sungguh-sungguh berdoa.
Permintaan kurang lebih sama, dan hasilnya juga hampir tak berbeda.
Harta memang bertambah tapi amat sedikit jumlahnya, dan akibatnya?
Yah tidak seperti yang diharapkan dalam doa permintaan pada Bunda.
Lalu karena wawasan picik, nurani kelam, pikiran hitam, otak bencana
Maka dampak akibat menjadi luar biasa, doa terasa tak ada jawabnya.
Yah, Bunda, Engkau ini katanya Selalu Menolong, menolong apanya?
Dari contoh yang sederhana dan seenaknya, tampak jelas bahwa kita
Yang menjadi sumber persepsi ini karunia atau petaka, bukannya doa,
Apalagi Bunda Mulia yang setia, jadi ayo senyampang masih ada usia
Jangan minta yang aneh-aneh, walau tentu boleh kalau nekad adanya
Ayo bersyukur pada yang ada, lalu kobarkan semangat layani sesama.
Dr. Tri Budhi Sastrio – tribudhis@yahoo.com – 087853451949
Sidoarjo, 2 Januari 2016